Tak Terima

"Apa lagi yang kamu cari?"

Laki-laki di depannya hanya mematung.

"Ke mana perempuan-perempuan itu? Sudah pergi sepertimu yang hilang tanpa kabar?!"

Masih, ia terus abai kepada perempuan yang terus meluapkan segala sesak dalam hatinya.

"Demi Tuhan, aku nggak tau harus apa lagi!"

Tidak juga ada percakapan yang berbalas.

"Sekarang, terserah mau kamu apa, aku tidak peduli! Bukan aku yang memilih meninggalkanmu, tapi kamu yang memaksa aku untuk meninggalkanmu!"

Ia berbicara sendirian menunggu pembicaraan.

"Kalau nanti hatimu berbalik, hatiku masih tetap baik, tapi peduliku sudah raib!"

Laki-laki di seberangnya masih tetap mematung.

"Sekali lagi, bila melepaskan adalah pilihanmu, akan kutegaskan dengan mengikhlaskanmu!"

Ia pergi meninggalkan laki-laki yang pernah membersamai dan dibersamainya. Hatinya mantap melangkah dari segala lemahnya yang terus memunculkan sakit. Ia tidak membenci, tidak juga mencinta lagi, ia sudah tidak peduli.

Tak apa, karena kamu—aku tumbuh menjadi utuh. Tak apa, karena kamu—aku bebas, bebas dalam memeluk segalanya secara sendirian. Tidak lagi repot berbagi tentang kesibukan, tentang kebahagiaan, apalagi luka— aku sudah tak terima.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulang

Menamu

Mati Suri