Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

Setelah Ada

Dari sudut ruangan, ditemani segelas teh hangat dengan aromanya yang memutarbalikkan kenangan terdahulu, aku ucapkan selamat pagi. "Selamat pagi." Fajar kali ini tidak begitu indah. Hangat Si Kuning Telur yang membulat tidak meyebar rindu yang merata di Bumi. Setengah hangatnya sedang digantikan oleh Si Pengeroyok Tanah di Bumi. Hujan. Tapi, tetap saja, pagi ini begitu sendu. Apalagi, aroma tanah yang tak permisi meyerobot penciumanku. Bulir air hujan turun melewati jendela dan uapnya menembus kaca yang menambah kesejukan. Hujan begitu deras sampai embunnya menutupi arah luar jendela. Sudah kubilang, hari ini sangat sejuk. Tidak perlu kupertegas. Harusnya kamu mengetahui itu. Kita sama-sama berada di posisi yang jaraknya tidak sampai berpuluh-puluh kilo meter, bukan?  Bola mataku menangkap sebuah siluet terdahulu dalam pigura cokelat indah berlatarbelakang senja dengan guratan semburat merahnya. Ya, indah, tapi, terdahulu. Seharusnya kita sedang menikmati fajar,