Undangan dalam Secangkir Kopi
Aku tidak peduli pada malam itu. Tidak peduli harus ke mana. Aku tinggalkan semua keramaian. Aku cukup lelah mengikuti alur kehidupan yang terus mengalir biasa saja. Ini membosankan. Bahkan tidak ada yang lebih hidup daripada sekadar raga ini. Ide-ide tumbang di ujung pikiran. Motivasi pergi menyita segala jiwa. Aku enggan lagi seperti ini. Lelah. Malam ini aku rindu merapatkan tubuh kepada sepiku. Memilih menidurkannya pada kesendirian. Bertahan pada kesenyapan tanpa sayap-sayap dan cuap-cuap. Aku ingin jauh dari riuh. Malam ini saja akan kutimang semua gundah dalam dada. “Semoga kautak kesepian,” hatiku bergumam demikian. Aku melangkah dengan gontai meninggalkan perapian pusat pikiranku. Berjalan dengan memutar haluan, entah ke mana. Diri ini sadar telah hilang kendali oleh diri sendiri. Demikian, aku tidak pernah ingin berhenti berjalan. Bagaimanapun, kelak di manapun, akan kutemukan sebuah titik balik pada diri ini. Aku tidak akan berhenti, bahkan jika perapian itu membakar h