Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Turisku

Terima kasih telah menjadi pelancong tempat terusang untukku. Aku tahu; memang sudah selayaknya seluruh memori runtuh dan menjadi pinak rindu. Teruntukku, semoga separuh ini tak lagi membelenggu sebagai sembilu. Dan.. Terima kasih telah menjadikanku sebagai anjangsana rindumu. Sepatutnya kau tak menggamit kosongku, sebab seluruh purnamamu telah utuh memecah sunyiku: lakumu tualang baru dalam hidupku. Selamat menikmati gemuruh dan debarku, turisku.

Pulang

Aku ingin pulang, sendiri saja seperti angin yang enggan berhenti. Sebab berjalan pada keramaian tanpa jamahan kasih, kau tau itu menyakitkan, sayang. Maka, biarlah segenap malam menguliti rindumu dengan kaku. Agar kamu tahu, sepotong hati tidak akan pernah mampu menjadi satu begitu saja tanpa peduli. Dan aku telah ringkih, terlalu perih.

Rumput Malam

Aku tak lebih dari rumput malam yang bergoyang; malam sendu menggiring sebuah tanya kepada secercah pendar lampu. Bertanya melalui hati; aku bisa melihat cahaya itu semakin dalam. Aku dan kamu—kita, tidak lebih dari sekadar rumput hijau di taman, berpijak dan terjejaki. Berdua. Kita berdansa dihujani harap di bawah kaki langit. Selepas angin menghampiri tubuh—kita terhuyung di bawah lembayung— sebagai pemburu hati, aku menikmatinya. Sebab kita saling jatuh pada pelukan yang telah kunamai rindu; saat ini.