Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2015

Pelupuk Mata Terberat

Nyala-nyala api berusaha menjamah benda sekitar. Secarik foto usang dan rapuh, hampir saja jatuh pada pelukannya. Angin-angin menjadi pembisik sekaligus penghibur senja yang melengkapi rindu terakhir kali di sini. Di ladang luas, di atas rumput-rumput yang kembali tumbuh hijau. Pelupuk mata seakan tidak sanggup membendung debit air bah, yang kemudian menerobos tulang pipi dan menggantung pada dagu. Kepada Anda yang tak melulu memberikan luka, tapi selalu menitipkan rasa sakit yang terus membuka.  Saya pernah benar-benar jadi seseorang yang tak cermat melihat tingkah laku seseorang. Seakan tidak ada yang berbeda. Menjadi buku yang belum habis saya baca adalah Anda. Keinginan terbesar adalah saya tidak ingin habis membaca buku itu. Saya ingin terus membaca buku. Membaca buku. Buku itu adalah Anda. Anda. Untuk Anda yang menyimpan rasa kopi dalam secangkir teh. Yang memberi rasa baru pada bibir cangkir . Sudut mata saya tidak pernah salah melirik ketika Anda menjadi sil

Kalut

Gambar
Adalah dahulu Logika tak mampu tembus penjuru Hanya dalam diam, tak berlagu Bergeming, tergiring pada malam sendu Terbelenggu Oleh waktu Setiap satu jam, arlogi seolah-olah lelah Tak mengertikah bagaimana geram? Setiap satu menit, bulan pancarkan jelitanya Ini terasa kian rumit Setiap satu detik, gemintang sorotkan kerlipnya Dalam nuansa abu, aku tercekik Adalah ketika bercerita pada rembulan Tertangkap potret langit, di sana awan bergerak pelan Dedaunan pun ikut bergoyang Dikatakannya, ada yang datang Seseorang yang belum hilang Adalah ketika harap kembalikan setumpuk rindu Padahal waktu tak izinkan bertemu Seperti ombak yang menghapus jejak seorang perindu Lalu, aku memilih untuk selalu merapal namamu Tak jemu-jemu Adalah berada di tengah gulita Sajakpun bisu di antara gempita Bisikkan kesal terdahulu Hati teriris, habis terkikis Tapi, waktu tetap terlukis ———— Sebuah persembahan film pendek dari kami Peserta FLS2N Kontingen Banten. Judul: Ka

Di Balik Jendela Kamarmu

Dibalik jendela ada yang hal yang baru bisa dipahami. Ada siluet yang tak pernah memerhatikan dunia luar, tanpa dia tahu kalau dibalik jendela adalah ruang gelap, pengap yang hanya bisa kaurasa sendiri. Indah-indah luarpun tak pernah dipikirkannya. Dibalik jendela kamarmu setelah teduh senja memanjakan pikiran, kutemui siluet lagi. Dari kejauhan perlahan kau berdiri, mendekat pada kaca jendela. Menengadah langit, mencermati dunia dari batasan pandanganmu. Lamat-lamat, kau berbicara. Dibalik jendela kamarmu kaumematung. Hanya membaca. Menulis. Pun tak bergelut dengan teriakan matahari. Dibalik jendela kamarmu. Kaumerunduk. Melafalkan sebuah nama. Tak tahu persis gerimis tiba-tiba jatuh dipipimu. Kaularut. Sendiri—ditemani Tuhan. Kebahagiaan sederhana adalah ketika tidak merasa benar-benar sendiri. Ada Tuhan di sana. Desismu mampu menjamah daun telingaku dari belasan meter depan kaca jendela kamarmu.