Pelupuk Mata Terberat
Nyala-nyala api berusaha menjamah benda sekitar. Secarik foto usang dan rapuh, hampir saja jatuh pada pelukannya. Angin-angin menjadi pembisik sekaligus penghibur senja yang melengkapi rindu terakhir kali di sini. Di ladang luas, di atas rumput-rumput yang kembali tumbuh hijau. Pelupuk mata seakan tidak sanggup membendung debit air bah, yang kemudian menerobos tulang pipi dan menggantung pada dagu. Kepada Anda yang tak melulu memberikan luka, tapi selalu menitipkan rasa sakit yang terus membuka. Saya pernah benar-benar jadi seseorang yang tak cermat melihat tingkah laku seseorang. Seakan tidak ada yang berbeda. Menjadi buku yang belum habis saya baca adalah Anda. Keinginan terbesar adalah saya tidak ingin habis membaca buku itu. Saya ingin terus membaca buku. Membaca buku. Buku itu adalah Anda. Anda. Untuk Anda yang menyimpan rasa kopi dalam secangkir teh. Yang memberi rasa baru pada bibir cangkir . Sudut mata saya tidak pernah salah melirik ketika Anda menjadi sil