Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Kubangan Luka Bernama Kenangan

Di pagi yang mendung, burung-burung sudah sibuk bersenandung. Jejaknya terhuyung-huyung, terhitung sejak lembayung mengepung dirinya dengan segumpal tanda tanya yang menggantung di kepala. Selalu saja ada yang merenggut bahagianya, selepas bunga-bunga rindu hampir bermekaran indah. Isi otaknya telah dirombak. Harapannya rusak. Segala pikirannya telah dikoyak. Sisanya adalah imajinasi yang berdiri tegak. Baginya, hidup adalah imajinasi—saat ini. Imajinasi adalah kehidupannya. Imajinasi menghidupkan kehidupannya. Tanpa imajinasi hidupnya redup. Tak hidup. Betapa berharga imajinasi dalam dirinya. Berhari-hari hatinya rapuh. Jiwanya luruh. Tubuhnya jatuh. Runtuh. Seakan terbunuh. Di pagi yang tidak cerah, hanya setitik cahaya terlempar dari ufuk timur, sedikit indah. Langkahnya dipaksa pindah dari antah berantah. Selalu saja ada yang merobek suka menjadi luka yang sangat basah. Memaksa memori cepat punah. Ikut mengalir dalam darah. Tumpah bersama amarah. Membuat resah dan gundah.

Tidak Lagi Sendiri

Secangkir teh hangat asapnya masih mengepul-ngepul menjadi teman setia setiap pagi. Matahari seperti kelelahan, sinarnya tidak begitu cerah.  Sederhana, hanya ada aku dan Bunda. Setiap pagi kami selalu bercerita, kali ini mengenai ayah. Memang sudah menjadi rutinitas kami. Ayah. Mengenai ayah, yang benar-benar aku tahu adalah namanya. Widan Natawan. Sosok ayah bagiku semu, tidak pernah kulihat sosoknya seperti apa, hanya bisa kubayangkan melalui cerita bunda. Jangankan untuk mendengar ayah berbicara, sekadar merasakan kehangatannya pun belum pernah kurasakan. Tak apa, bersama Bunda aku lengkap dan seperti sedang bersama ayah. Kata bunda, ayah selalu ada bersama kita, jadi tidak usah khawatir. "Ayahmu, setiap pagi selalu menyempatkan berolahraga, Nak," mata bunda menerawang langit-langit. "Hobinya berolahraga." Nada bicaranya benar-benar semangat. Bunda selalu asyik menghabiskan waktu jika membicarakan ayah. Tiap kali beliau bercerita, aku bisa mengawan