Kubangan Luka Bernama Kenangan
Di pagi yang mendung, burung-burung sudah sibuk bersenandung. Jejaknya terhuyung-huyung, terhitung sejak lembayung mengepung dirinya dengan segumpal tanda tanya yang menggantung di kepala. Selalu saja ada yang merenggut bahagianya, selepas bunga-bunga rindu hampir bermekaran indah. Isi otaknya telah dirombak. Harapannya rusak. Segala pikirannya telah dikoyak. Sisanya adalah imajinasi yang berdiri tegak. Baginya, hidup adalah imajinasi—saat ini. Imajinasi adalah kehidupannya. Imajinasi menghidupkan kehidupannya. Tanpa imajinasi hidupnya redup. Tak hidup. Betapa berharga imajinasi dalam dirinya. Berhari-hari hatinya rapuh. Jiwanya luruh. Tubuhnya jatuh. Runtuh. Seakan terbunuh. Di pagi yang tidak cerah, hanya setitik cahaya terlempar dari ufuk timur, sedikit indah. Langkahnya dipaksa pindah dari antah berantah. Selalu saja ada yang merobek suka menjadi luka yang sangat basah. Memaksa memori cepat punah. Ikut mengalir dalam darah. Tumpah bersama amarah. Membuat resah dan gundah.