Rasa Luka

Terima kasih kenang dan kunang malam—juga keningmu yang sengaja membentur keningku, karena telah bersedia sibuk untuk bersekongkol melayat luka dan membelah ingatan buruk. Tapi, tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana rasanya. Luka tetaplah luka, meski dibebat perban tebal dan kencang-kencang. Tidak ada yang berubah. Sakitnya abadi, walaupun katamu tak apa!

"Nikmati saja lukamu pelan-pelan sampai kau lupa punya luka. Tapi, jangan terlalu pelan, bisa-bisa kau dilukai lukamu kembali. Selamat menikmati luka!"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulang

Menamu

Mati Suri