Usang

Aku menikmati udara yang menjadi pembatas epidermis kita—yang dinginnya membangunkan syarafku tapi tak meruntuhkan kehangatanmu. Kemudian, aroma sepasang kopi kita lancang masuk ke langit-langit penciuman. Aku hirup dalam-dalam sepasang tubuh yang melingkar di keheningan. Saling meratap tanpa mendekap, bertukar tengkar saling mendengar getar.


Bisa kulihat kelikatmu di belikatku menjelma abu-abu. Membelah impian, dan menanggalkannya satu-persatu. Menjadi abu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulang

Menamu

Mati Suri