Sua

Kamu hanya pendatang, menggerayang dan melintas entah ke mana. Bersama di hadapan, jua dipeluk oleh ruang bertekuk kehancuran. Dan sejengkal tanah adalah kekasihnya. Kelak, agaknya sampai di tepi jurang. Dimuntahkannya segala udara untuk menyampaikan sesak yang tersisa— berdua, sekali lagi..
.
.
.
.
.
Hai, apa kabar?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulang

Menamu

Mati Suri