Raib

Aku jemari tangan yang menahan luka, menanti sepasang mata. Menatapku, menjemputku. Hidup, lalu hidup memanggilnya. Di atas mangkuk bulan dan sinarnya, nadiku bergetar seirama jantung berdebar. Nanar meminta dipenjarakan dan dibiarkan tak bernyawa berlama-lama.

Lalu, akan kumainkan seluruh peran dan perannya. Di kaki sayap-sayapmu yang kupatahkan sengaja, telah kuhirup dalam-dalam peliknya kehidupan dan sandiwara. Aku berjalan, hingar menelisik kenangan sampai hilang. Dan nada-nadaku, juga udaraku berkurang satu—kamu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulang

Menamu

Mati Suri