Rembulan, Kembalillah...

Entah apa yang saya pikirkan. Tiba-tiba logika dipaksa pergi, entah butuh berapa jarak untuk melangkah, tidak tahu kapan kembali, hanya mengikuti arah.

Rembulan di atas, tersenyum kepada saya. Andai disebelahnya bersama bintang. Tapi tidak apa, tetaplah seperti itu.

Rembulan di atas, tetap menatap lekat tingkah saya, menghitung berapa lama saya mematung.

Bersama rembulan.. Apa kabar Anda di sana? Apakah sedang ditemani rembulan juga? Atau Anda sedang membangunkan bintang dari peraduannya, agar rembulan tidak mengambil saya dari Anda. Haha. Mana mungkin.

Sudah tiga tahun rasanya kita tidak pernah lagi bertegur sapa, setelah Anda memberitahu hal yang membuat ruang oksigen saya tercekat. Anda mencuri oksigen-oksigen saya. Anda mengembalikan keadaan seperti semula. Anda yang selalu menghabiskan sepotong roti di pagi hari, tapi Anda tidak pernah mencerna dan merasa roti apa yang selalu Anda makan. Anda memang berbicara apa adanya, lantas apakah Anda memikirkan ada apa dengan saya? Tidak, tidak Anda tidak egois. Saya yang terlalu naif. Di sini saya hanya ingin memuntahkan rindu selama ini, setelah sekian lama.
Bersama rembulan...
........

Rembulan di atas, perlahan menjadi abu. Lalu, langit tiba-tiba menumpahkan airnya; mengairi ladang tandus; menghijaukan anak-anak rumput di taman; meruapkan keharuman tanah. Perlahan, air langit memaksa rembulan menghilang dan membawa Anda beserta segenap kasih abu dari saya.

Rembulan, kembalilah tanpanya..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulang

Menamu

Mati Suri