Pelupuk Mata Terberat

Nyala-nyala api berusaha menjamah benda sekitar. Secarik foto usang dan rapuh, hampir saja jatuh pada pelukannya. Angin-angin menjadi pembisik sekaligus penghibur senja yang melengkapi rindu terakhir kali di sini. Di ladang luas, di atas rumput-rumput yang kembali tumbuh hijau. Pelupuk mata seakan tidak sanggup membendung debit air bah, yang kemudian menerobos tulang pipi dan menggantung pada dagu.

Kepada Anda yang tak melulu memberikan luka, tapi selalu menitipkan rasa sakit yang terus membuka. 

Saya pernah benar-benar jadi seseorang yang tak cermat melihat tingkah laku seseorang. Seakan tidak ada yang berbeda. Menjadi buku yang belum habis saya baca adalah Anda. Keinginan terbesar adalah saya tidak ingin habis membaca buku itu. Saya ingin terus membaca buku. Membaca buku. Buku itu adalah Anda. Anda.

Untuk Anda yang menyimpan rasa kopi dalam secangkir teh. Yang memberi rasa baru pada bibir cangkir.

Sudut mata saya tidak pernah salah melirik ketika Anda menjadi siluet satu-satunya yang sedang berjalan. Anda menjadi potret pertama saya. Bumi yang berputar, dengan cepat menggiring Anda ke tempat ladang yang begitu luas, tentu saja ada saya di sini. Dengan cepat juga, bumi kembali menggiring Anda ke tempat semula. Jauh.

Perasaan abu tidak pernah datang kepada saya sebelumnya. Hanya saja, Anda memaksa saya untuk menerimanya. Tidak semestinya, ketika Anda terjebak dalam nuansa abu, Anda menjadikan putih lainnya menjadi abu. Atau paling tidak menjadikan hitam lainnya menjadi abu.

Hari-hari yang menjadikan pelupuk mata saya menjadi sangat berat adalah Anda yang menjadi hujan dan terus membuat embun, lalu menyisakan uapnya pada 'kaca'.

Saya tidak bisa hanya bercerita kepada senja yang hanya tersenyum kepada saya. Biarkan waktu yang menyembuhkan luka, yang orang lain tak mengerti sebabnya. 

Untuk Anda...

Komentar

Unknown mengatakan…
👍💔😘
Biarlah takdir dan waktu menyatu, menghapus luka, menjawab ragu di dada...
Aish...ini ini calon calon pengganti tere lie yah, yan...
Unknown mengatakan…
Maksudnya bukan penggantu, tapi penerus... Bravo yan!!

Postingan populer dari blog ini

Pulang

Menamu

Mati Suri