Tahun Kelima

Dari semestaku, dunia harus tahu.

Hey, betapa banyak waktu sudah kita lalui. Betapa banyak luka dan air mata, tawa dan bahagia, isak dan tangis yang hidup di dalam cerita kita.

Rasanya lucu sekali saat itu, saat setahun terakhir aku berada di masa putih abu-abu, lalu kamu datang tiba-tiba. Kita memang tidak pernah sedekat embun dan daun, juga seerat nadi yang saling berdenyut— kita hanya pernah menjabat menjadi teman selama satu tahun masa akhir putih biru. Meskipun beberapa kali kita pernah saling bertukar pesan untuk sekadar meminta follow di masing-masing akun media sosial kita saat itu, tapi kita tidak pernah bertukar kabar.

Lalu, saya yang selalu membenci bercanda mengenai perasaan, diyakinkan olehmu bahwa ternyata kamu memang benar-benar menyayangiku. Lucu sekali, ternyata semesta punya rahasia tentang kita. Dua manusia yang tidak pernah saling bertegur sapa apalagi bertemu— sudah dipisahkan sejak lulus masa putih biru, lalu menjadi sepasang dan saling sayang. Aku selalu ingat bagian itu.

Berbulan-bulan kita saling berjalan menuju tahun pertama— sampai saat ini tahun kelima, dunia memaksa kita merasakan pahitnya pil-pil pilu. Tidak seindah yang dibayangkan bahwa ternyata sedih sesekali membersamai kita, tapi setelahnya selalu ada bahagia yang turut serta melingkar di semesta kita.

Aku menyayangimu begitu dalam. Tidak ada alasan klise, seperti kamu humoris, kamu baik, kamu pintar, kamu dewasa. Aku menyayangimu begitu dalam yang tak akan selesai jika kutulis di berandaku.

Menyayangimu memang perkara jatuh cinta— sekaligus perkara belajar dan bermimpi di atas rasa. Meskipun tidak banyak waktu yang kita habiskan bersama sampai detik ini, tapi sebagai perempuan yang pernah dan akan selalu membersamai dan dibersamaimu, aku bangga melihat segala usaha tumbuh kembangmu sampai saat ini.

Darimu aku belajar bahwa ternyata hidup tidak melulu memberi, tapi juga perlu menerima. Menerimamu sebagai seorang laki-laki dengan segala kerumitan kisah hidupmu adalah pembelajaran hebat untukku. Aku tumbuh menjadi perempuan yang sangat perasa tentang apapun lara yang menyesakkanmu. Telingaku menjadi berkali-kali lipat bekerja untuk mendengar segala sakit yang mencekatmu. Duniaku yang hanya tahu cerah saat itu ikut larung menenangkan badaimu.

Menyayangimu akan selalu menjadi kata kerja terindah bagiku. Apapun jalan kita di masa depan, sudah kutatih segala isi kepala dan hati untuk menerima apapun yang tidak bisa menjadi milik kita. Ada banyak yang aku rasa, yang segalanya tidak bisa kusulap menjadi kata.

Semoga Tuhan mewujudkan mimpi milik sepasang yang tidak hanya sekadar saling sayang, tapi juga bersama untuk saling berkembang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulang

Mati Suri

Kopi Hangat