Terlahir sebagai Pemimpin

Pemimpin yang baik lahir dari pribadi berbudi pekerti dan luhur. Pemimpin lahir dari rahim peradaban yang siap menjadi penggerak roda dunia. Bibit-bibit pemimpin sudah saatnya kita tuai. Apalagi melihat arah perkembangan zaman yang sudah tak menentu, seorang pemimpin sudah ditunggu. Tapi, haruskah kita menunggu? Masihkah kita menunggu seorang pemimpin? Bukankah setiap orang berhak menjadi pemimpin? Lantas, untuk apa menunggu? Pemimpin ideal memang sangat ditunggu dan sulit dicari, tetapi bergeraklah dan berdirilah menjadi sosok pemimpin dan penggawa peradaban.

Pada hakikatnya setiap orang terlahir di muka bumi adalah pemimpin. Pemimpin bagi dirinya sendiri. Diri ini adalah pemimpin terbaik. Pemimpin yang lahir dan berdiri atas nama sendiri. Pemimpin yang berjuang untuk kehidupan sendiri. Pemimpin yang berani dan sepakat atas komitmen kehidupan sendiri. Tapi, cukupkah menjadi pemimpin untuk diri sendiri?

Pemimpin dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya 'orang yang memimpin'. Meninjau dari hal yang sederhana tetapi kompleks adalah memulai memimpin diri sendiri. Memimpin diri sendiri adalah mengenai bagaimana mengalahkan ego diri, memanajemen kehidupan untuk diri ini, membentuk diri dari pengalaman dan kecerdasan yang dimiliki. Pada akhirnya, siap dan tegap berdiri menjadi pemimpin di tengah belantara bangsa saat ini.

Memimpin diri sendiri adalah soal melukis. Melukis apapun yang ingin kamu lukis, mewujudkan imajinasimu pada kanvas putih menjadi mimpi yang nyata. Kamu tidak perlu meminta orang lain untuk membantu memilihkan warna apa, kamu berhak dan berkuasa atas mimpimu. Setiap melukis, kamu butuh elemen-elemen dalam dirimu. Kamu tidak bisa menjadi seorang pelukis yang tidak memiliki bayangan tentang lukisan apa yang ingin kamu buat. Begitulah pemimpin, visioner. Kamu butuh banyak orientasi untuk memenuhi segala ruang imajinasimu. Kamu butuh banyak warna. Begitulah menjadi pemimpin, idealis.  Kamu butuhkan bagaimana menempatkan perasaanmu ke dalam kanvas itu, kamu bisa memadukannya menjadi lukisan yang utuh rasa dan makna menyeluruh atas kehidupanmu. Jika tidak demikian, seorang pemimpin atas dirinya sendiri tidak akan berhasil memiliki hati dan rasa yang utuh memenuhi dirinya.

Lalu, sudah cukupkah menjadi pemimpin diri sendiri?

Jika manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang tidak pernah merasa puas, maka setiap orang pun tidak akan pernah puas menjadi pemimpin atas dirinya sendiri. Manjadi pemimpin bukan perihal mengisi amunisi saja, tetapi menggerakkan dan mengarahkan prajurit untuk berperang. Bukan menuntut, pemimpin haruslah menuntun. Kamu tidak perlu menunggu. Teruslah bergerak, tidak perlu diarak. Teruslah bermimpi, tidak usah berhenti. Penuhi isi kepalamu, utuhkan isi hatimu, kembangkan kompetensimu dan tanamkan kebaikan dalam peribadimu.

Bermimpilah dan pimpin mimpimu! Bergeraklah dan lampaui dirimu! Sebab diri ini telah terlahir sebagai pemimpin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulang

Mati Suri

Kopi Hangat