Mengulang Hilang

Sabit jatuh pada kaki langit, mengistirahatkan sinarnya kepada bumi. Sedang kamu enggan menatap satu purnama utuh di depanmu—diriku. Perihal kesepakatan hubungan yang kauputuskan secara sepihak, aku pasrah. Aku siap mendengar semua kelakar yang menjauhkanku dari hangat dulu-dulu yang menjalar.

Membicarakanmu sama saja mengulang hilang. Bagiku hilang, entah bagimu. Hilang yang muncul tiba-tiba. Dengan langkah patah-patah dan luka hati yang basah, aku memutar haluan darimu. Senyum tipis kubiarkan mengalir sebagai hadiah terakhir. Tidak perlu air mata, sebab kata-katamu tengah malam sudah menguras semua energiku. Uratku mengendur, pertanda sudah lelah dengan segala.

Aku, ingin mundur saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulang

Mati Suri

Kopi Hangat