Terbunuh

Ingat bagaimana perjalanan panjang yang mengekang kepulangan kala itu? Setapak demi setapak, jejak begitu nyata—yang tersisa ampas rindu, kerap kali terseduh waktu. Aromanya begitu pahit, telak memberi sakit— dan masih ingat persimpangan mana yang dilalui? Ada lambaian tangan yang melambung di udara dan menyisakan hampa, menggantung tanpa suara. Sampai memori itu runtuh, ada jiwa yang berdiri melepuh di antara riuh. Kosong, tak lagi utuh. Terbunuh.


—Persimpangan Terjauh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulang

Mati Suri

Kopi Hangat