Menyetubuhi Hati

Balada telah sampai pada ujung waktu. Tentang kisah panjang malam ini dan rasamu yang telah menyetubuhi hati ini. Tidak perlu bertanya bagaimana, semua luka sudah pasrah rebah mendekam dan bungkam.

Ia merenggut, mengubahnya menjadi elegi. Tidak dipatahkan, tetapi dicabik oleh seluruh gimik. Dihanyutkan dan dibungkam.

Apa kabar hati ini? Dimintai pertanggungjawaban tentang siapa—siapa yang bertanggung jawab; perihal luka yang akan ditanggung sendirian. Anak rindu akan lahir, jika dibiarkan semakin lebam dan jika dipaksa gugur ada sakit yang mendalam.

Lagi, rindumu bergerak mengusap lembut setiap inci—setiap ruang yang resah. Membawa keadaan menjadi semakin gundah. Aral dan semua punuk lelah membuncah di kesepian, akankah mampu bertahan lama demi menunggu sebuah kepastian?

Ketika menanti kepulanganmu dengan cemas, sekujur tubuh berdarah dan lemas. Sepersekian detik, dan aku telah mati menari di batas hampa. Tersungkur dalam keabadian dengan sepenggal dendam yang kutenggelamkan dalam-dalam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulang

Mati Suri

Kopi Hangat