Rumput Malam

Aku tak lebih dari rumput malam yang bergoyang; malam sendu menggiring sebuah tanya kepada secercah pendar lampu. Bertanya melalui hati; aku bisa melihat cahaya itu semakin dalam. Aku dan kamu—kita, tidak lebih dari sekadar rumput hijau di taman, berpijak dan terjejaki. Berdua. Kita berdansa dihujani harap di bawah kaki langit. Selepas angin menghampiri tubuh—kita terhuyung di bawah lembayung— sebagai pemburu hati, aku menikmatinya. Sebab kita saling jatuh pada pelukan yang telah kunamai rindu; saat ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulang

Menamu

Mati Suri