Haruskah Aku Berpura-pura Tuli?

Ini menyakitkan: serupa kisah patah hati yang bahagianya hanya bergulir dalam mimpi.


Secangkir teh sudah menunggu sejak setengah jam yang lalu, menunggu tuannya. Secangkir teh lain sudah habis, menunggu dituangkan kembali oleh pemiliknya. Seratus empat puluh satu menit sejak senja membenamkan dirinya, ada yang masih setia menunggu berjam-jam. Sampai tepat menit keseratus lima puluh, dirinya memutuskan pergi. Air mukanya tidak menunjukkan penyesalan, bahkan sama sekali tak ada rasa. Seperti dirinya sudah mati rasa.


"Tunggu," ada yang menarik lengannya, ia berhenti. "sebentar saja untuk kali ini," ada yang memohon, hatinya bergetar melemah.


Kamu bercerita soal dirimu dan keseharianmu, sementara aku tidak terlibat percakapan sama sekali, yang aku lakukan adalah terus menatapmu. Bergumam kagum. Nampaknya keseharianmu seperti sudah lebih indah dari keseharianmu dahulu. Aku turut gembira. Lantas, apa yang harus aku tunjukkan kepadamu? Karena kali ini aku sudah tidak mampu lagi berunjuk aksi, hanya berunjuk gigi. Karena semua sudah berbeda. Aku bukan diriku yang dulu, tapi kamu masih sama seperti dahulu.


Kamu menggenggam tanganku, dan berbicara dengan tegas bahwa dirimu masih menyayangiku. Kamu rindukan kita. Begitupun aku. Matamu begitu berbinar-binar, sial! Kita berpamitan mungkin untuk perpisahan. Sungguh aku ingin memelukmu, mengecup bibirmu, menggenggam erat tanganmu. Seketika itu benar terjadi. Sebelum dirimu pergi, kaumemulainya, mengabulkan permohonan yang tidak kuungkapkan. Hatiku terketuk! Kau menatapku sangat lama, kita mematung. Lalu kemudian kaumemelukku kembali seolah tidak ingin ada yang hilang, lama sekali. Oh Tuhan, aku masih menyayanginya!


"Ram.." dirinya mencoba melepaskan pelukan itu. Tapi, tidak ada jawaban. Rama tetap memeluknya. Hingga malam lelah, sebuah hangat hanya menjelma dalam mimpi sampai pagi. 


Dan setiap alarm pagiku berbunyi, sunyiku selalu bernyanyi. Haruskah aku berpura-pura tuli?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulang

Mati Suri

Kopi Hangat